Selama ini modal memang menjadi jantung dari sebuah usaha, apapun jenis usahanya. Terlebih lagi usaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM). Kebutuhan modal bagi UMKM sangat diperlukan guna mengembangkan usaha yang dijalankan, sekalipun jumlah modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar mengingat usaha yang dijalankan tergolong kecil dan menengah. Entah itu pemanfaatanya untuk tambahan biaya produksi, biaya promosi dan juga biaya ekspansi.
Pelaku usaha dalam mencari sumber tambahan modal saat ini masih berorientasi pada lembaga perbankan. Tapi pada kenyataanya tidak banyak pelaku usaha yang memperoleh suntikan modal dari pembiayaan jasa perbankan, bahkan beberapa yang kecewa karena pengajuan kreditnya ditolak ataupun nominal pembiayaan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Disinilah peluang yang bisa diambil oleh sektor pembiyaan multifinance.
Salah satunya kisah Filsa Budi Ambia, pelaku usaha makanan kemasan peyek kepiting asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Pemilik usaha bernama Kampoeng Timoer itu, menyampaikan bahwa selama menjalankan usaha, sekitar 4-5 tahun belum pernah mendapatkan fasilitas pembiayaan dari bank dalam mengembangkan bisnisnya. Menurutnya akses pembiayaan dari perbankan sulit didapatkan meskipun butuh untuk mengembangkan usaha. Bank masih meminta agunan yang nilainya lebih besar dari plafon kredit yang diminta, sedangkan plafon yang ditawarkan KUR tidak mencukupi kebutuhannya. “Saya butuh sekitar Rp500 juta, kalau dengan KUR ritel pun cuma bisa sekitar Rp100 juta. Jadi masih kurang sehingga terpaksa menggunakan produk kredit reguler yang membutuhkan agunan,” ujarnya dalam pelatihan UMKM bersama Danamon Peduli pada Sabtu (1/4). Dia bercerita bahwa pernah mencoba mengajukan kredit ke bank, tetapi agunan yang diminta melebihi nilai pembiayaan yang diajukan. Padahal, dia tidak memiliki aset yang nilainya melebihi plafon kredit tersebut. “Saya ajukan Rp 500 juta, agunan yang diminta senilai minimal di atas itu seperti Rp520 juta, saya jadikan mobil untuk diagunkanpun tidak diterima dengan alasan nilainya belum mencapai plafon kredit tersebut..
Perusahaan Multifinance harus terus masuk ke dalam celah ini, keterbatasan lembaga perbankan bisa disikapi dengan menawarkan sistem pembiayaan yang lebih fleksibel dalam memenuhi kebutuhan pelaku usaha tersebut. Keunggulan yang bisa ditawarkan seperti kecepatan keputusan, plafon yang lebih luas, dan usia kendaraan yang lebih lebar.
Dengan demikian perusahaan pembiyaan bisa menjadi alternatif bagi pelaku UMKM untuk mencari modal. Bahkan dengan edukasi serta literasi secara berkelanjutan kepada para pelaku usaha perusahaan pembiayaan bisa menjadi pilihan utama untuk pengembangan UMKM di Indonesia.
Salah satu perusahaan multifinance bertaraf nasional adalah PT. Multindo Auto Finance, yang sudah 22 tahun berkecimpung di dalam usaha pembiayaan, yang mempunyai 61 Kantor Cabang, dan tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi serta Bali. PT. Multindo Auto Finance berkomitmen untuk terus mengembangkan UMKM di Indonesia, terbukti dengan portofolio terbesar pada unit kendaraan niaga. Sesuai dengan tag line PT. Multindo Auto Finance “cepat, tepat, fleksibel” dan didukung oleh jangkauan yang luas di seluruh Kantor Cabang, serta sumber daya yang selalu siap melayani kebutuhan pelaku usaha.
Sumber :
Sumber gambar : https://cdn.brilio.net/news/2015/08/04/11500/750xauto-bermodal-rp-100-ribu-omzet-peyek-kepiting-filsa-rp-150-jutabulan-150804u.jpg
(Sumber:http://koran.bisnis.com/read/20170404/446/642477/pelaku-usaha-masih-resah-soal-agunan (04 April 2017)