Sumber Gambar - http://www.merdeka.com
Di jaman sekarang banyak masyarakat modern yang memiliki hutang, hal ini dapat terlihat dari banyaknya masyarakat yang memiliki kartu kredit. Namun sebagian lagi orang alergi untuk memakai kartu kredit, mereka khawatir tidak dapat hidup dengan tenang dan nyaman jika harus memiliki utang.
Benarkah utang selalu berkonotasi negative, Merugikan, menakutkan karena takut tidak dapat membayar dan akan mengalami masalah keuangan yang tidak ada ujungnya?
Utang bukanlah hal buruk yang senantiasa mesti dihindari. Duit hasil pinjaman malah sering sangat membantu dalam kehidupan. Setiap kali mendengar kata utang, mungkin kamu langsung terpikir beban pinjaman yang harus dilunasi di masa depan. Sepintas terdengar menyeramkan, namun sebenarnya tidak seluruh utang itu buruk kok. Mau beli rumah tapi dana cekak, misalnya. Bisa berutang ke bank untuk menikmati fasilitas kredit perumahan rakyat (KPR). Mau KPR ke bank umum atau syariah, sama manfaatnya. Atau kepingin gadget baru untuk menggantikan yang lama karena sudah lemot namun belum gajian. Bisa gesek dulu pakai kartu kredit, kalau ada dengan fasilitas cicilan 0 persen. Lalu bayar saat tagihan datang.
Bisa juga mau ngembangin usaha tapi kepentok modal. Langsung deh datang ke bank di daerah setempat buat mengakses layanan kredit usaha rakyat (KUR). Meski begitu, jenis utang alias pinjaman dari bank maupun lembaga keuangan lainnya tidaklah seragam. Secara umum, utang dibedakan menjadi dua jenis menurut tujuannya, yaitu utang produktif dan utang konsumtif.
Apa Beda Utang Produktif dengan Utang Konsumtif?
Jika kamu bijak menggunakan utang, kondisi finansial kamu akan terjaga. Salah satu jenis utang yang baik adalah utang produktif. Cek serba-serbi utang produktif berikut ini, supaya kamu bisa mengelola utang dengan lebih bijak. Secara umum utang dibedakan menjadi 2 menurut tujuannya. Masing-masing adalah utang produktif dan utang konsumtif. Apa perbedaan pokoknya, mari kita bedah satu per satu.
Sumber Gambar - Tammy Febriani/KR/Photo: Istockphoto.com
1. Utang produktif
Dari namanya sudah bisa ditebak, utang produktif adalah utang yang dimanfaatkan untuk kegiatan produktif ataupun segala jenis utang yang memiliki ciri, nilai aset yang dibeli dengan cara berutang akan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Kalau tidak, aset yang dibeli dengan berutang itu dapat memberikan/menghasilkan income yang sama atau lebih besar dari biaya cicilan utang (pokok dan bunga) Intinya, utang produktif adalah utang yang dimanfaatkan untuk kegiatan produktif dengan tujuan menambah penghasilan. Ada nilai lebih yang mendatangkan keuntungan finansial buat yang berutang. Istilah gampangnya, utang malah bisa bikin dana di rekening bertambah karena diolah.
Misalnya utang untuk modal usaha, karena utang tersebut diolah untuk menghasilkan uang yang lebih besar lagi. Dari penghasilan itu, utang bisa diangsur hingga lunas. Contoh lain, renovasi rumah dengan kredit tanpa agunan (KTA) dari bank sebagai tambahan. KTA dipilih karena proses pencairannya cepat dan mudah. Kredit ini termasuk produktif karena dipakai untuk menambah nilai jual rumah. Umpamanya rumah dijual setelah renovasi, tentunya harganya lebih tinggi ketimbang belum direnov. Kredit pemilikan mobil juga bisa digolongkan sebagai utang produktif apabila mobil/kendaraan bermotor disewakan / menghasilkan income.
Di Indonesia utang produktifsering ditawarkan dalam bentuk Kredit Modal Kerja (KMK) sebagai sarana untuk membiayai modal kerja usaha. Satu lagi bentuk kredit produktif adalah Kredit Investasi (KI), sebagari sarana untuk keperluan investasi.
2. Utang konsumtif
Merupakan utang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya konsumtif. Utang ini memiliki ciri, nilai aset yang dibeli dengan cara berutang akan turun (depreciate) sejalan dengan waktu. Aset yang dibeli dengan cara berhutang tidak dapat memberikan/menghasilkan income yang sama atau lebih besar dari biaya cicilan utang (pokok dan bunga). Tidak memerlukan jaminan dan suku bunga sangat tinggi.
Pembelian gadget via kredit bisa menjadi contoh. Gadget adalah barang yang terkena depresiasi alias penurunan nilai jual. Saat beli, harganya mungkin Rp5 juta. Tapi tahun depan harganya bisa jadi merosot jadi Rp2 juta.
Di Indonesia utang konsumtif ditawarkan dalam banyak bentuk. Seperti kartu kredit, kredit tanpa agunan (KTA), kredit kepemilkan kendaraan (KKB), kredit kepemilikan rumah (KPR), kredit elektronik, kredit furniture dan lainnya.
Berdasarkan pengertian tadi, tentunya Anda sudah memahami ya, Mamas, yang mana saja yang merupakan utang produktif Anda, dan yang mana yang merupakan hutang konsumtif. Pastikan utang konsumtif Anda tak bertambah untuk manajemen keuangan keluarga yang lebih baik.
Sumber Gambar - moneysmart.id
Meski begitu, utang gadget itu bisa berubah produktif ketika gawai tersebut dimanfaatkan untuk sarana komunikasi jualan. Setelah punya gadget baru, komunikasi jadi lebih lancar, sehingga bisnis pun meroket. Dalam kasus ini, kredit gadget itu termasuk utang produktif. Sebab, pinjaman digunakan untuk mendatangkan penghasilan.
Contoh lainnya adalah kredit kendaraan bermotor. Seperti gadget, kendaraan juga terdepresiasi. Harganya bisa anjlok tajam dibanding saat membelinya. Namun kredit ini pun bisa menjelma produktif kalau kendaraan dipakai untuk bekerja. Misalnya buat jadi sopir ojek/taksi online. Adanya penghasilan tambahan dari aktivitas tersebut menandakan utang yang diambil bukanlah konsumtif.
Mau membeli gadget ataupun mobil yang model apapun, dengan merk seterkenal apapun, dan spek setinggi manapun, semua itu tak memberi pengaruh pada definisi utang produktif dan utang konsumtif. Karena yang menjadi indikator adalah “tujuan pasti” dalam berhutang. Jadi ketika misalnya Anda membeli gadget paling mahal sekalipun, namun kalau itu memang dibutuhkan dalam mengembangkan uang, misalnya menunjang usaha desain, testing aplikasi, dan hal-hal serupa lainnya, maka itu semua tak menjadikannya masuk dalam kategori utang konsumtif. Melainkan masuk dalam utang produktif. Begitu pula yang terjadi ketika membeli mobil. Prinsip awal berutang adalah memahami tujuan kita melakukan utang sedari awal. Penentuan apakah suatu utang produktif atau konsumtif harus dilakukan dengan melihat tujuan utang dan mau diapakan dana dari utang tersebut.
Tetap Bijak dengan uang kita ya